Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan itu sendiri berasal dari kata didik kemudian kata ini mendapat imbuhan me- sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran.
Dan menurut Ki Hadjar Dewantara hakikat pendidikan adalah seluruh daya upaya yang dikerahkan secara terpadu untuk tujuan memerdekaan aspek lahir dan batin manusia. Pengajaran dalam pendidikan dimaknai sebagai upaya membebaskan anak didik dari ketidaktahuan serta sikap iri, dengki dan egois.
Bicara mengenai pendidikan , kita semua pasti akan langsung bertuju pada tingkatan pendidikan yang ada saat ini seperti sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA/SMK), hingga ke perguruan tinggi entah itu jenjang diploma maupun sarjana. Bahkan saat ini anak-anak yang usianya masih dibilang balita dengan kata lain sedang asik-asik nya bermain sudah disekolahkan dijenjang yang paling kecil yaitu Taman Kanak-kanak (TK), bahkan juga ada saat ini yaitu PAUD.
Mutu pendidikan negara kita bisa dibilang sangat buruk karena banyaknya masalah pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan kita bisa dibilang sebagai yang terburuk di kawasan ASEAN. Mutu pendidikan yang rendah inilah yang membuat kualitas SDM bangsa Indonesia masuk kedalam peringkat yang paling rendah. UNDP (2016) Laporan Pembangunan Manusia menurun dan ranking pelajar di Indonesia berada diperingkat bawah, hal tersebut bisa dibilang sangatlah menyedihkan.
Padahal uang untuk memajukan pendidikan sampai Rp.444 Triliun atau 20% dari anggaran Negara. Tapi kenapa pendidikan di Indonesia masih belum maju juga? jika kita ibaratkan untuk mencari permasalah ini, seperti halnya mengorek pedang kusut yang didalamnya berisi seribu masalah yang bisa juga dibilang ribet sekali.
Masalah pendidikan di Indonesia yang pertama adalah pemerataan pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa Indonesia masih memiliki pendidikan yang kurang merata. Banyak masyarakat Indonesia yang masih kurang pendidikan. Kebanyakan dari mereka adalah warga miskin yang tidak memiliki uang untuk bersekolah. Padahal pemerataan pendidikan sangatlah penting bagi bangsa Indonesia agar tidak semakin terpuruk dan masyarakat bisa berfikir dengan bijak menanggapi keadaan bangsa. Jika masyarakat kekurangan pengetahuan dan pendidikan, maka mereka akan mudah dihasut dan dibohongi serta dimanfaatkan oleh pihak lain yang lebiih pintar. Selain pemerataan pendidikan, yang menjadi masalah selanjutnya adalah biaya pendidikan yang mahal. Biaya sekolah yang mahal itu membuat para warga miskin menjadi tidak punya kesempatan untuk bersekolah. Padahal pendidikan adalah senjata utama bagi kemakmuran suatu negara.
Akan tetapi, bisa jadi salah satu akar masalahya adalah Sistem pendidikan massal, karena sistem ini membuat standart yang sama buat semua murid seperti mendewakan nilai, mematikan nalar untuk berfikir kritis, menyeragamkan kemampuan dan bahkan disaat yang sama menghilangkan jadi diri dan keunikan setiap muridnya.
Padahal sistem pendidikan yang dibangun oleh bapak Pendidikan kita yaitu Ki Hadjar Dewantara jauh beda dengan sistem yang ada pada saat ini.
Masalah pendidikan di indonesia selanjutnya adalah kualitas pendidikan yang masih rendah. Kualitas pendidikan dalam hal ini mencakup hal yang luas. Mulai dari ketersediaan dan kelayakan sarana dan prasarana sampai dengan materi dan cara mengajar guru. Kita sering kali melihat berita di berbagai media yang menyebutkan banyak sekali sekolahan yang tidak layak pakai. Banyak sekolahan yang hancur dan siswa yang rela menyeberangi jembatan berbahaya demi sampai ke sekolah.
Di Indonesia sendiri ada kesalahan dalam sistem pengajarannya. Saat ini banyak sekali anak-anak atau murid yang enggan untuk bertanya pada gurunya saat diberi kesempatan untuk bertanya.
Kebanyakan dari para murid lebih memilih diam dan kalaupun ada yang bertanya mungkin hanya satu atau dua orang saja. Kenapa hal itu terjadi? Karena hal tersebut disebabkan oleh sistem mengajar guru yang salah, sebab yang salah sering dimarahi dan ditertawakan oleh guru dan teman-teman yang lain, sehingga membuat siswa menjadi tidak percaya diri untuk bertanya atau tampil kedepan.
Berbeda kasus jika kita membandingkan dengan negara Jepang, apabila ada salah seorang murid yang dirinya melakukan kesalahan atau tidak bisa dalam mengerjakan persoalan didepan kelas maka seluruh siswa diam dan tidak ada yang mentertawakan, bahkan sempat kasus ketika salah seorang murid tidak bisa mengerjakan soal didepan murid yang lain memberikan semangat kepada anak yang maju kedepan tadi yang membuat dirinya semakin percaya diri dalam mengerjakan soal yang disuruh oleh gurunya tersebut.
Nilai menjadi tolak ukur kecerdasn seorang murid , dan sering kali mengenyampingkan nila-nilai serta potensi yang ada pada murid tersebut. Menurut Ki.Hadjar Dewantara dalam pengajaran harus juga di tekankan pelajaran budi pekerti, Seorang yang memiliki kecerdasan budi pekerti adalah yang mampu selalu memikir-mikirkan , merasa-rasakan ,serta senantiasa memakai ukuran , timbangan dan dasar yang tetap dalam perkataan dan tindakan.
Dan budi pekerti ini di harap menjadi landasan untuk mencapai kemerdekaan sebagai manusia , yang berarti dapat memerintah dan menguasai diri sendiri ,serta menjadi manusia yang beradab. Namun , kemerdekaan yang di maksud tidak berhenti pada penguasaan diri sendiri saja, namun juga sikap menghormati kemerdekaan orang lain.
Pada akhirnya yang kita butuhkan bukanlah sebuah nilai, akan tetapi rasa ingin tahu, kemauan belajar, keberanian untuk bertanya dan juga mengakui bahwasannya semakin kita tahu kita semakin mengerti bahwasannya kita ini tidak tahu apa-apa. Pendidikan di Indonesia akan maju apabila kita sebagai pelajar Indonesia memperbaiki diri kita sendiri, contohnya walaupun kita mendapatkan nilai jelek layaknya diterpang badai sekalipun, mulai sekarang kita harus menghargai proses belajar dan membuang jauh-jauh untuk melakukan cara curang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Dan yang terakhir Pola Fikir pendidikan kita sudah bergeser yang harusnya menempuh pendidikan dengan tujuan mempertajam kemampuan , mencari pengetahuan dan ilmu kini mulai di geser menjadi hanya sebagai syarat mutlak mencari sebuah pekerjaan. ironis memang , namun justru negara yang seharusnya ikut meluruskan kembali pola fikir yang sudah terlanjur membelot malah semakin mempertajam pola fikir tersebut dengan program-program bahkan di buatkan tagline "Siap kerja" , seolah semakin mejelaskan kalau tujuan pendidikan hanya untuk syarat mencari sebuah pekerjaan . sungguh pola fikir yang sempit .
Oleh karena itu kita sebagai pemuda harapan bangsa harus ikut berperan dalam dunia pendidikan ini , karena di bahu kitalah nanti dunia pendidikan indonesia akan jadi seperti apa. Apabila kita urutkan masalah yang harus dibenahi memanglah cukup panjang dan berbelit-belit, tetapi itu semua harus diperjuangkan agar anak bangsa dari Sabang hingga Merauke bisa cerdas dan berguna bagi manusia dan juga sekitarnya.
Seperti yang Tan Malaka bilang jika "Tujuan pendidikan itu untuk memepertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan".