BOROBUDUR BUKAN CANDI BUDDHA
Oleh : HG SUTAN ADIL
Sejarah mengenai keberadaan Borobudur selama ini mengacu kepada sejarawan kolonial dan penguasa kolonial yang tentu saja bertujuan untuk kepentingan kolonial mereka atau juga berdasarkan babat yang cerita rakyat yang di amini oleh sejarawan saat ini.
Orang yang mencetuskan nama Borobudur dan tercatat dalam sejarah saat ini adalah Penguasa Kolonial dari inggris di Jawa saat itu, yaitu Sir Thomas Stamford Raffles berdasarkan nama desa terdekat, yaitu desa Boro dan kata Budu dalam istilah jawa yang berarti purba. Sejak saat itu kata Borobudur dianggap para sejarawan kolonial menjadi Boro dan Budu dan selajutnya menjadi Borobudur, yang artinya desa purba dan dihubung hubungkan dengan ajaran budha dari India.
Cara penciptaan nama dan sejarah Borobudur inilah yang sekarang dibantah oleh sejarawan lokal bangsa Indonesia sendiri, Santo Saba Piliang, yang telah meneliti situs sejarah Borobudur ini bertahun tahun dan berkesimpulan bahwa situs sejarah ini bukanlah sebuah bangunan tempat ibadah atau Candi Agama Budha ataupun Hindu. Hal ini juga di ilhami dengan adanya ajaran lelulur nusantara yang telah ada beratus tahun sebelum masehi, yaitu “Dharmic Original”.
Sebagaimana telah dijelaskan pada tulisan sebelumnya, beliau berpendapat bahwa benar ajaran Hindu/Buddha berasal dari India, tetapi tidak benar situs situs sejarah di Nusantara atau Indonesia ini berdasar ajaran Hindu/Buddha , sejatinya justru yang tergambar di situs situs itulah "Ajaran" yang mendasari lahirnya Hindu,Buddha dan Jaina di India.
Dalam literature sejarahpun masih banyak yang meragukan bahwa ajaran Hindu/Budha itu masuk dan menyebarkan pahamnnya ke nusantara ini melalui para pendeta mereka, melalui perdagangan dan pelayaran. Karna hampir seluruh bagunan situs sejarah yang ada di nusantara adalah berada di pedalaman dan saat itu memiliki hambatan tranportasi yang besar.
Berbagai teori sejarawan kolonial yang ada berkenaan dengan masuknya ajara Hindu/Budha ke nusantara mendapatkan beberapa kelemahan, seperti :
1. Teori Kesatria, beranggapan bahwa golongan kesatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang terdapat pada kitab Weda. Tidak ditemukan prasasti yang menggambarkan penaklukan nusantara oleh kerajaan India. Tidak ada catatan pelarian kesatria dari India yang mungkin mendapat kedudukan mulia sebagai raja di Nusantara.
2. Teori Waisyia, beranggapan bahwa kaum waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa. Sebagian besar kerajaan Hindu-Buddha terletak di pedalaman, bukan di daerah pesisir yang dekat dengan jalur pelayaran. Motif golongan waisya hanya berdagang, bukan menyebarkan agama. Meskipun ada perkampungan pedagang India, kedudukan mereka tidak berbeda dari rakyat biasa.
3. Teori Brahmana, menyatakan raja-raja di nusantara tidak mungkin dapat mengerti isi kitab Weda tanpa dibimbing oleh kaum brahmana. Menurut ajaran Hindu Kuno, seorang brahmana dilarang menyeberangi lautan, apalagi meninggalkan tanah airnya.
4. Teori Sundra, Golongan berkasta sudra (pekerja kasar) dari India menginginkan kehidupan lebih baik dengan pergi ke daerah lain, salah satunya Nusantara. Golongan berkasta sudra keluar dari India, karena ingin mendapatkan kedudukan dan lebih dihargai. Teori ini menimbulkan kontroversi karena kaum sudra terdiri dari kelompok dengan derajat terendah sehingga dianggap tidak layak menyebarkan agama Hindu. Selain itu, kaum sudra tidak berniat pergi dari India untuk menyebarkan agama, mereka juga tidak menguasai bahasa Sanskerta yang digunakan dalam kitab Weda.
Tidak terlihat jelas bahwa kapan dan siapa "Misionaris/Pendakwah" Hindu/Buddha yang terlahir di India pada masa Pra Islam masuk ke Nusantara, Sehingga situs situs di Nusantara di sebut berdasar pada salah satu ajaran india tersebut menjadi tidak relevan dan tidak ada juga catatan jelas tentang keberadaan mereka.
Di Nusantara pada abad 4 M sampai dengan 7 M, tidak tercatat misionaris india datang ke Nusantara. Justru Peziarah Tiongkok yang datang ke Nusantara adalah untuk "Belajar" dan mencatat ajaran "Dharmic Original" yang telah ada lama di Nusantara, bukan membawa ajaran dari negrinya di sebarkan ke Nusantara.
Tercatat diawalnya peziarah dari tiongkok yang datang ke nusantara adalah Fa-Huan 337 - 422 M yang melakukan perjalan yang di catat dan terjemahkan oleh Corean recension dari teks bahasa Mandarin oleh James Legge,Yang di lihat Fa-Huan bangunan dengan "Patung" di dalam nya di samping pohon besar adalah situs "Mendut”
Di situs Borobudur sendiri terdapat banyak relief yang mengambarkan kehidupan masyarakat pra islam yang didasari atas ajaran asli Nusantara. Relief dasar nya yang "Tidak di expose" terpublikasi dengan penamaan " Karmawibhangga" ini menggunakan tafsir dari naskah "Mahakarmawibhangga ",namun tidak sepenuhnya mengikuti naskah itu (Bernet Kempers 1970 : 151 1976). Seorang Bhikuni yang juga akademisi asal Thailand menyimpulkan hanya 50% yang "Berkesesuaian" dengan biografi YM.Sidharta Gautama dan selebih nya dia tidak faham.
Vhwănā Çhaķâ Phalā kini terpublikasi bernama Borobudur, ada 160 panel pada relief dasar Borobudur yang kini tidak di expose bahasa dan ajaran yang mendasari nya asli ajaran leluhur kita, bukan dari india. 12 kata "Şvãrggã" bukan "Nirvana/Nibana" dan kata yang lain nya adalah Kųsãlädhãrmãbæjănā dan Mãhéçãkhya ini membuktikan bahwa di tanah inilah ajaran "Dharma Original" berawal dan berasal kini tersimpan sempurna di Bali, di masa lalu dibawa leluhur kita kaum "Çaka/Saka/Çakyā/Aryā keluar Nusantara dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Dari gambar visual sebuah foto situs Borobudur tahun 1866, yang ada di perpustakaan universitas Leiden, Belanda, menunjukkan bahwa tidak terlihat juga adanya stupa dan arca budha di puncak dan terasiring situs Borobudur tersebut. Kenyataannya, situs Borobudur tersebut sudah sering direnovasi oleh penguasa dalam beberapa kurun waktu sampai saat ini. Tentu saja disetiap renovasinya disesuaikan dengan tujuan dan kemauan penguasa saat itu.
Dapatlah disimpulkan bahwa benar ajaran Hindu/Buddha berasal dari India dan Tidaklah benar situs situs di Nusantara atau Indonesia saat ini berdasarkan ajaran Hindu/Buddha , sehingga tidaklah benar juga jika situs sejarah Borobudur itu sebuah Candi Budha atapun Hindu. Sejatinya yang tergambar di situs situs itulah "Ajaran Dharmic Original" asli Nusantara yang mendasari lahirnya ajaran Hindu,Buddha dan Jaina di India sana.
TRUE BACK HISTORY NUSANTARA
*) Penulis adalah Ketua DPP FKMI (Forum Komunikasi Muslim Indonesia)